Hidup Yang Ke Dua

Selamat ulang tahun, kak!!!
Seruku pada saudara kembarku, kak Neva yang langsung ikutan mengucapkan selamat ulang tahun padaku. Kami jadi balas-membalas mengucapkan selamat ulang tahun. Yups, tanggal 14 Februari, itulah hari spesialku dengan kak Neva. Disamping kami merayakan ulang tahun, kami juga turut merayakan hari valentine  dengan berbagi coklat pada anak-anak yatim piatu di panti asuhan.
Sebelum aku bercerita lebih lanjut perkenalkan dulu. Namaku Ivada Hartono atau lebih akrab dipanggil Vada. Saat ini aku genap berusia 17 tahun. Aku adalah putri kedua dari pasangan Irvan Hartono dan Alicia Vanessa. Yups, di dalam diriku bercampur darah keturunan Inggris dari ibuku dan Indonesia dari ayahku. Namun aku lebih mirip dengan ayahku dengan mata coklat, kulit sawo matang, dan rambut hitam. Saudara kembarku, Nevada Hartono atau lebih akrab dipanggil Neva adalah kakak yang lahir beberapa menit sebelum aku dilahirkan. Walaupun umurku sama dengan kakakku itu, aku tetap saja memanggil ia kakak karena aku sangat menghargai orang yang lebih tua dariku walau hanya beberapa menit saja dia dilahirkan sebelumku. Banyak lelaki di sekolahku yang tertarik dengan pesona kakakku itu. Bagaimana tidak, kak Neva banyak mewarisi darah Inggris dari ibuku. Ia memiliki mata biru indah sebening mata air, kulitnya putih mulus seperti susu, selain itu rambutnya juga agak kecoklatan seperti orang-orang Eropa. Aku selalu memandang iri pada kakakku itu. Kenapa sih aku tidak bisa secantik dan sesempurna kakakku itu. Padahal kan kami saudara kembar. Banyak orang yang dulu tidak percaya bahwa kami adalah saudara kembar. Pasalnya, secara fisik aku jauh berbeda dengan kakakku yang cantik jelita bagai putri di dongeng-dongeng itu. Tapi aku tetap sabar mendengar cemoohan orang soal diriku.
“Vada, nanti kita ke rumah nenek di desa, ya! Sekalian ngerayain ultah kita yang ke 17 tahun ini. Kata mama, nenek udah nyiapin hadiah spesial buat kita,”celoteh kak Neva sambil membetulkan rambut panjangnya. Aku hanya menggangguk tanpa berkata apa-apa. Kemudian kak Neva segera keluar dari kamarku.
“Hah, pasti nanti di rumah nenek kupingku panas lagi. Pasti, ntar aku harus ndengerin sejuta pujian nenek tentang kak Neva yang manislah, cantiklah, baiklah, rapilah,bla...bla...bla haduh... pusing...!!!,”kataku dalam hati dengan kesal.
“Vada ayo siap-siap setelah makan siang kita langsung ke rumah nenek ya!,”seru ibuku dari luar kamar. Aku pun segera berganti baju dengan malas. Aku benar-benar tidak ingin pergi. Aku malas pergi ke rumah nenek yang menyebalkan itu. Tapi aku tidak bisa menolak kalau tidak ingin kena marah ayah.
Kami pun segera menuju ke rumah nenek yang ada di desa Banyuwangi. Di perjalanan aku dapat menyaksikan pemandangan indah dan menghirup udara yang sejuk. Tak lama kemudian kami pun telah sampai. Kulihat nenek sudah menunggu di luar siap menyambut kami.
“Halo Neva! Halo Vada! Gimana kabarnya? Selamat ulang tahun ya! Makin besar tambah cantik aja ya,”ucap nenekku sembari menyerahkan kado ulang tahun untuk kami berdua. Spontan aku dan kak Neva langsung membuka kado itu. Ternyata isinya baju. Tapi aku melihat bahwa nenek benar-benar tidak adil. Baju kak Neva lebih bagus. Baju itu hampir mirip seperti gaun dengan warna pink cantik dan manik-manik kecil yang bersinar indah seperti berlian. Sedangkan bajuku hanya kaos biasa dengan rompi coklat yang dihiasi dengan pita-pita kecil disekitarnya.
“Gimana? Apa kalian suka baju itu?,”tanya nenek penasaran. Kulihat wajah kak Neva berseri-seri tanda ia sangat menyukai baju itu.
“Tentu aja aku suka nek. Bajunya bagus banget. Makasih banyak ya nek,”jawab kak Neva dengan semangat. Aku tak berkata apapun dan langsung berlalu masuk ke rumah nenek yang tidak terlalu besar itu. Aku benar-benar menyesal datang ke tempat ini. Aku tau aku pasti akan diperlakukan tidak adil seperti ini. Uuuhhh..menyebalkan!!
“Oh,iya. Ada satu hadiah lagi untuk kalian,”kata nenek sambil menyodorkan dua tiket pesawat,”Neva bilang dulu dia mau pergi ke Hongkong kan. Katanya dia mau ke Disneyland. Ini tiket pesawatnya sudah nenek belikan. Ini tiket pesawat untuk penerbangan besok. Jadi kalian siap-siap ya.” Dengan sigap kak Neva langsung menyabar dua tiket itu. Aku tau ia pasti sangat senang karena keinginannya untuk pergi ke Hongkong akan segera terkabul. Malamnya kak Neva bahkan sudah mengemasi barang-barangnya dan siap untuk penerbangan besok. Ia bahkan menyuruh aku untuk segera mengemasi barang-barangku juga.
“Vada, cepat kemasi barang-barangmu itu. Besok pagi kita langsung ke bandara kan. Jangan lupa bawa baju yang kemarin nenek hadiahkan itu. Nanti aku mau ambil foto kita di depan Disneyland sambil mengenakan baju itu. Pasti nenek senang ngelihatnya,”katanya dengan semangat sambil memasukkan baju pink hadiah dari nenek. Aku pun hanya menganggukkan kepalaku dan segera menuju kamarku. Aku mengemasi semua barang-baragku dengan malas. Pergi ke Honkong sebenarnya sangatlah menyenangkan. Tapi entah mengapa hatiku rasanya sangat berat untuk liburan itu.


Esoknya ayahku mengantar kami ke bandara. Setelah memastikan kami sudak naik ke pesawat yang tepat ayahku segera kembali ke rumah. Naik pesawat sebenarnya bukanlah hal yang membosankan. Tapi entah mengapa aku merasa bosan. Duduk termenung sambil menatap ponselku yang kumatikan itu. Di pesawat mana boleh menyalakan ponsel. Aku menatap kak Neva yang asyik membaca buku yang sudah seribu kali ia baca. Buku hadiah ulang tahunnya yang ke 14 tahun itu memang buku favoritnya. Entah kenapa kak Neva tidak pernah bosan membaca buku tua itu berulang-ulang. Karena sudah sangat bosan akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke bagian belakang pesawat, tempat menaruh barang-barang dan koper. Aku menggeledahi isi tasku tanpa tau apa yang harus ku ambil. Seketika itu juga aku tergoda untuk menggeledahi tas kakakku yang tergeletak di sebelah tasku itu. Rasa ingin tahu yang sangat besar mendorongku untuk berbuat lancang. Aku pun segera membuka tas merah itu untuk tahu apa isinya. Ternyata isinya hanya kamera digital, buku novel, dan baju pink hadiah dari nenek. Aku pun tertarik untuk mencoba gaun cantik itu. Aku yakin, aku akan terlihat cantik memakai gaun itu. Aku pun segera menuju kamar mandi pesawat itu untuk berganti baju. Kutatap diriku di cermin yang ada di kamar mandi itu. Aku terlihat sangat cantik dan anggun mengenakan gaun pink itu. Ini membuat aku merasa sangat iri dengan kak Neva. Dia selalu mendapatkan semua yang ia inginkan. Semua orang menyayanginya, tapi tidak demikian dengan aku. Saat aku sedang berpikir demikian, tiba-tiba aku merasakan pesawat itu tergoncang dengan sangat kuat. Bahkan aku mendengarkan alarm yang biasa dibunyikan tanda ada bahaya. Spontan aku segera keluar dari tempat itu. Aku segera cepat-cepat mengambil parasut untuk menyelamatkan diri dari pesawat yang mulai oleng itu. aku tahu kalau pesawat ini sepertinya akan jatuh. Karena sangat panik akupun sama sekali tidak ingat dengan kak Neva yang entah ada dimana. Yang ada dipikiranku saat ini adalah menyelamatkan diri. Dan selanjutnya aku pun tidak tahu apa yang telah terjadi dengan diriku. Aku sama sekali tidak ingat apa-apa. Hanya saja saat ini aku sudah berbaring lemah di atas tempat tidur di sebuah rumah sakit. Wajahku di perban tanda aku baru saja menjalani operasi wajah.

0 Response to "Hidup Yang Ke Dua"

Posting Komentar